Kang Said: Ekstremisme Ditegakkan Hawa Nafsu, Bukan Ilmu

0
238

Kang Said: Ekstremisme Ditegakkan Hawa Nafsu, Bukan Ilmu

Ketua  Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, saat ini warga NU perlu memperkuat basis keilmuan di kalangan umat Islam. Sebab, menurutnya, sejarah peradaban Islam tidak bisa lepas dari tradisi keilmuan yang kuat.

“Islam adalah agama kemasyarakatan yang puncaknya adalah untuk tujuan kemanusiaan. Karena itu sungguh Allah tidak ridla, Nabi tidak ridha kalau umatnya bodoh, terbelakang, lemah, tidak beradab; sangat tidak rela kalau menjadikan manusia-manusia menjadi biadab,” paparnya saat mengisi ceramah dalam rangka sambutan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bandung, di Jalan Laswi, Ciparay Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu  (2/5).

Kang Said, demikian sapaaan akrabnya, menyayangkan bahwa sekarang ini banyak orang bergairah dalam urusan agama, tetapi lupa pijakan keilmuan. Akibatnya banyak ahli dakwah yang keblinger, beragama tapi juga menimbulkan tindakan-tindakan tidak manusiawi, tidak sesuai dengan ajaran Islam yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan peradaban.

“Islam radikal, Islam ekstremisme itu semua ditegakkan oleh hawa nafsu, bukan oleh ilmu. Mereka kebanyakan tidak memiliki pemahaman sejarah. Hanya modal teriak ‘Allahu Akbar’ lalu bakar dan sweeping. Jika Islam ditegakkan (melalui) dakwah dengan cara kekerasan, penuh kebencian dan perilaku biadab, maka Islam bisa ditinggalkan masyarakat,” kritiknya.

Mengingat keilmuan menjadi pilar utama keagamaan, Kang Said menyerukan agar dalam mengurus keagamaan para pemimpin-pemimpin keagamaan di level bawah hingga level nasional harus paham kitab-kitab keagamaan secara luas.

“Para pemimpin agama, termasuk imam-iman di sekup masjid juga harus berilmu. Imam masjid selevel desa minimal harus menguasai Safinah dan kitab-kitab dasar lainnya. Imam masjid Kabupaten minimal menguasai kitab Fatqul Qarib dan Bulughul Maram. Imam masjid selevel masjid provinsi selain paham kitab dasar-dasar itu ya harus menguasai Tafsir Jalalain, Fathul Wahab, tafsir-tafsir lainnya. Itu minimal,” jelasnya.

Selain pesan tersebut, Kang Said juga menyerukan kepada aparat pemerintah dan para pemimpin agama, termasuk aktivis organisasi kemasyarakatan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah harus bahu-membahu mewaspadai alumni-alumni Timur Tengah yang selama ini mengobarkan radikalisme.

“Orang-orang yang bergabung dengan ISIS atau gerakan radikal di Timur Tengah sudah banyak. Ratusan jumlahnya. Ada yang masih hidup, dan yang meninggal. Kalau yang meninggal tentu tidak masalah karena tidak akan menimbulkan dampak lagi bagi masyarakat. Tetapi yang masih hidup dan nanti pulang ke Indonesia, mereka itulah yang akan menjadi benih-benih perusakan dan kebiadakan. Tangan mereka gatal ingin ngebom. Tidak perang pun dicari-cari alasan untukngebom,” terangnya.

Sumber : NU Online

Tinggalkan Balasan