Meneladani Nabi Muhammad Saw: Diplomatis dan Optimis

0
370

Diriwayatkan oleh Muqotil  bin Hayyan dari Sa`id bin Jubair dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, suatu ketika di saat nabi sedang berada di tengah-tengah para sahabatnya, datanglah Ibnu Umar dan Ibnu Abbas menemui Nabi seraya menanyakan persoalannya:

يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّكَ قُلْتَ: “ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مُنَافِقٌ وَإِنْ صَامَ وَصَلَّي وَزَعَمَ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ، إِذَا حَدَّثَ كَذَّبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ فَفِيْهِ ثُلُثُ النِّفَاقِ” فَظَنَّنَا أَنَّا لَمْ نُسَلِّمْ مِنْهُنَّ أَوْ مِنْ بَعْضِهِنَّ وَلَمْ يُسَلِّمْ مِنْهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ.

“Wahai rosullullah engkau pernah bersabda bahwa ada tiga sifat yang menyebabkan seseorang termasuk munafik jika melakukannya, meskipun ia berpuasa, melaksanakan sholat dan mengklaim dirinya adalah beriman, yaitu apabila berkata dia berdusta, jika berjanji dia mengingkarinya dan apabila diberi amanat dia malah mengkhianatinya, dan siapa saja mengerjakan salah satu dari tiga sifat itu, maka pada dirinya telah terdapat sepertiga ciri-ciri orang munafik. Sepertinya,  kami tidak bisa selamat (menghindar) dari sifat-sifat tersebut, baik kesemuanya maupun sebagiannya saja, dan barangkali masih banyak orang-orang lain yang mengerjakannya”.

Mendengar pertanyaan tersebut Nabi tersenyum, dengan santun beliau kemudian menjawab dan menjelaskannya: “itu bukanlah ditujukan pada kalian, tetapi memang khusus untuk orang-orang munafik, sebagaimana dijelaskan Allah swt. dalam kitab-Nya. Adapun perkataanku “apabila berkata dia berdusta” adalah sesuai dengan firman Allah swt.:

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ (1) [المنافقون/1

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al-Munafiqun (63): 1)

Kemudian nabi bersabda:

أَفَأَنْتُمْ كَذٰلِكَ؟

“Apakah kalian seperti itu?”

Dengan tegas para sahabat menjawab: “Tidak”. Beliau meneruskannya: “untuk itulah bukan ditujukan pada kalian, dan kamu sekalian terbebas dari sifat itu. Adapun yang dimaksud ucapanku, “jika berjanji dia mengingkarinya”, itu berkenaan dengan firman Allah swt.:

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آَتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ (75) [التوبة/75

“Dan diantara mereka (orang-orang munafik) ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh” (QS. Al-Taubah (9): 75).

Kemudian Nabi mengulangi pertanyaannya seperti sebelumnya: “Apakah kalian seperti itu?” Dengan serempak para sahabat menjawabnya: “Tidak, seandainya Kami berjanji kepada Allah swt., maka kami pun akan memenuhinya”. Nabi melanjutkan sabdanya: “Jika tidak melakukannya, maka kalian terbebas dari sifat tersebut. Adapun yang dimaksud dengan ucapanku “apabila diberi amanat, ia malah mengkhianatinya” hal itu sesuai dengan firman Allah swt.:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا (72) [الأحزاب/72

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanatkepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (QS. Al-Ahzab (33): 72)

Nabi kemudian bersabda: “Semua orang diberi amanat untuk selalu berpegang teguh atas agama Islam. Adapun orang mukmin, mereka selalu membersihkan diri dari perkara kotor, baik yang tersembunyi ataupun terang-terangan, sementara orang munafik, tidak melakukannya, mereka hanya membersihkan yang nampaknya saja”.

Selanjutnya nabi menanyakannya: “Apakah kalian seperti itu?”, lagi-lagi mereka menjawab: “Tidak”. “Jika tidak melakukannya maka kalian terlepas dari sifat itu”. (Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farah al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubiy, jld. 8, hal. 213-214).

Subhanallah, sebuah jawaban yang amat memuaskan dan dengan penggunaan bahasa yang diplomatis, nabi tidak langsung menuduh maupun menyalahkan para sahabat, bahkan jawaban beliau memberikan semangat kepada mereka untuk benar-benar bisa menghindari sifat-sifat tersebut sekalipun pada dasarnya tidak mungkin bisa dilakukan. Inilah potret pemimpin yang mengayomi rakyatnya. Adakah pemimpin kita saat ini bisa meneladani sikap nabi? Wallahu a’lam.

Penulis: Imam Syafi`i

Sumber gambar: mauproperti.net

Tinggalkan Balasan