Ketika melihat judul di atas seakan-akan ada pertikaian antara laki-laki dan perempuan. Padahal biasanya mereka hidup berdampingan sebagai makhluk yang memang diciptakan oleh Allah untuk saling melengkapi karena memang saling membutuhkan satu sama lain. Tapi memang sebuah perselisihan tidak akan pernah terhindar dari kehidupan. Suatu waktu hidup berdampingan, di waktu yang lain bisa bertikai. Itulah kehidupan, penuh dengan warna, ada yang baik dan ada yang buruk, menyenangkan dan menyakiti, semuanya ada.
Pada kenyataanya tidak sedikit adanya perselisihan antara laki-laki dan perempuan, walaupun sebagian besar hanya dalam lingkup wacana atau ide. Maka tidak asing mendengar percakapan,
“Ini gara-gara perempuan sih..!. coba seandainya mereka tidak berpakaian mini atau super ketat, kan tidak akan diapa-apakan oleh cowok. Tidak akan pernah ada tindakan pelecehan seksual.”
“Tidak bisa menyalahkan perempuan donk…!!. laki-laki juga sih matanya jelalatan. Coba menggunakan pandangan biasa, bukan pandangan penuh nafsu.”
“Tapi kan cewek dulu yang memancing cowok untuk melihat. Seandainya berkapaian biasa maka pandangan cowok juga biasa. Gak kayak ketika pakek pakaian kayak gitu. Maka tak bisa menyalahkan cowok.”
“Itu kan haknya cewek. Kan terserah mau pakek pakaian kayak gimana.”
“Ohhh…. Kalau gitu ya juga terserah cowok mau melakukan apa saat melihat dengan pandangan penuh nafsu. Sebab kan cewek yang memancig agar dilihat.”
Mungkin begitu sedikit gambaran perdebatan di antara laki-laki dan perempuan yang biasa terjadi. Mereka akan menganggap yang lain salah. Laki-laki mengaggap perempuan salah karena menggunakan baju yang berpotensi menggoda. Sementara perempuan menyalahkan laki-laki karena suka bertndak tidak senonoh pada perempuan. Lantas siapa yang sebenarnya salah….???
Pada dasarnya hal seperti ini tidak perlu diperdebatkan, toh juga tidak ada hasilnya. Terlebih yang perlu diperhatikan bagaimana tidak ada yang dirugikan. Hanya saja memang perlu dibahas dari aspek apa yang seharusnya dilakukan baik bagi laki-laki atau perempuan. Khususnya terkait dalam hubungan antara keduanya di saat bertemu.
Untuk ini perlu kiranya kita perhatikan ayat berikut,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا… (31)
“Katakanlah pada orang laki-laki yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebh suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat ’.”(30). Katakanlah pada wanita yang beriman ‘hendaklah mereka menahan pandangannya dan melihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiaannya’.” (QS. Al-Nur: 30-31)
Melalui ayat tersebut, secara tersurat Allah sudah menyampaikan tentang etika ketika laki-laki bertemu perempuan, yaitu mereka harus saling menundukkan kepalanya, tidak boleh tetap saling memandang. Sebab ketika dibiarkan terus mendang bisa memancing untuk terjadinya hal-hal yang lebih jauh lagi dan tentunya dilarang oleh syara’. Makanya dalam ayat tersebut kata ‘menjaga kemaluan’ diletakkan setelah adanya perintah menundukkan kepala, karena pandanganlah yang akan mengantarkan ke sana, dan itu harus dicegah dengan menundukkan kepala.
Yang sedikit menggugah untuk dipertanyakan adalah kenapa Allah lebih mendahulukan perintah terhadap laki-laki yaitu melalui ayat 30, baru setelah itu perintah pada perempuan?. Hal ini pasti ada maknanya. Sebagaimana ketika Allah mendahulukan laki-laki ketika membahas tentang mencuri dan mendahulukan perempuan saat membahas tentang zina.
Sepertinya Allah mau menyampaikan sesuai fakta bahwa laki-laki lah yang pada biasanya memulai memandang. Keberanian akan membuatnya dengan mudah untuk memandang perempuan tanpa hawatir malu. Disamping juga karena laki-laki punya kebebasan untuk keluar rumah tanpa banyak aturan, sehingga potensi untuk memandang sana-sini juga lebih dominan. Bedahalnya dengan perempuan. Sifat malu yang dimiliki akan sedikit lebih menjauhkan dia untuk memandang laki-laki terlebih dahulu. Kalaupun toh memandang biasanya dengan cara melirik, atau akan menundukkan kepala ketika yang dipandang memandang balik. Ini ketika melihat perempuan secara umum.
Ketika memperhatikan hal ini, tentu dalam hal memandang, laki-laki akan lebih dominan atau sering. Hanya saja lalu laki-laki disalahkan karena dianggap sering memandang dengan pandangan nakal, serta dianggap sering mengganggu perempuan. Laki-laki pun tak mau disalahkan dan menganggap semua salahnya perempuan karena seringkali menggunakan pakaian yang super mini sehingga akan betul-betul menggoda bagi yang memandangnya.
Ketika saling menyalahkan ini terjadi, maka sudah sepantasnya untuk kembali lagi pada ayat di atas. Pada ayat tersebut Allah sudah berpesan pada laki-laki dan perempuan untuk menundukkan pandangan ketika kebetulan memandang. Dan memandang menurut al-Ghazali termasuk zinanya mata. Di samping itu, tidak perlu menyalahkan ketika perempuan menggunakan baju minimalis. Sebab ketika itulah laki-laki betul diuji keimanannya. Keimanan seorang laki-laki dianggap cukup kuat ketika ada godaan tapi dia tidak tergoda sama sekali. Sedangkan ketika kuatnya hanya di saat tidak ada godaan, maka itu namanya bukan kuat, karena belum diuji. Bisa dikatakan kuat kalau sudah teruji.
Di lain sisi, perempuan juga harus memperhatikan penampilan. Dia juga tidak bisa menyalahkan laki-laki ketika dia menggunakan baju yang memang berpotensi menggoda. Bukankah dalam ayat di atas Allah juga sudah melarang perempuan untuk menampakkan perhiasannya, dalam arti juga tidak boleh menampakkan sesuatu yang bisa menimbulkan fitnah/syahwat. Dan hal ini untuk sekarang sudah menjadi tren. Bahkan pakaian perempuan lebih mini dari pada laki-laki. Bukti konkritnya, tidak ada laki-laki yang ke pusat perbelanjaan menggunakan celana pendek di atas lutut, walapun ada pasti jarang. Sedangkan kaum perempuan, khususnya di perkotaan, sudah biasa menggunakan hotpant dan tentu itu lebih pendek dari yang dipakai oleh laki-laki.
Dengan demikian, maka sudah sepantasnya bahwa laki-laki harus menundukkan pandangan, terlebih ketika melihat perempuan yang menggunakan baju ketat atau mini. Perempuan juga tidak boleh menggunakan pakaian yang berpotensi menggoda. Misalnya menggunakan pakaian tipis atau mini. Ketika begini, maka sudah tidak ada kata saling menyalahkan. Apalagi mereka oleh Allah diciptakan untuk saling melengkapi. Tidak akan ada penduduk bumi sebanyak sekitar lima milyar kalau tidak ada Ibu Hawa. Seandainya saja Allah tidak merasa kasihan pada nabi Adam yang kesepian, niscaya hanya Adam lah yang jadi penduduk bumi dari kalangan manusia. Namun Ibu Hawa juga tidak akan tercipta kalau saja tidak ada nabi Adam. Berarti antara laki-laki dan perempuan memang akan saling melengkapi karena memang saling membutuhkan.