Berdoa di Tempat Kecelakaan Uje tidak Termasuk Syirik

0
650

Berita tentang orang-orang yang mengunjungi tempat kecelakaan Uje

Lokasi kecelakaan Ustaz Jeffry Al Buchori (Uje) di Jalan Gunung Hijau Raya, Pondok Indah, Jakarta Selatan, masih didatangi masyarakat sekitar. Tak sedikit dari pengendara motor menyempatkan berhenti dan melihat lokasi kejadian dari dekat.

Pada pohon Palem yang ditabrak Uje kini terlihat dihiasi beberapa bunga. Ada beberapa tangkai mawar yang disengaja ditaruh di bagian akar Palem. Ada juga bunga warna-warni yang ditaburi oleh warga yang datang mendoakan almarhum.

Menurut Anshar, warga yang sedang berhenti di lokasi menuturkan, dia sengaja datang kesana untuk lihat dari dekat tempat kecelakaan Da’i kondang tersebut.

“Penasaran aja Mas, pengen langsung lihat dari deket. Kemarin udah sempet lewat, tapi nggak berhenti,” kata Anshar.

Menurut masyarakat yang berada di lokasi, bunga-bunga itu sudah ada di sana sejak sore tadi.

“Sejak sore tadi Mas, udah banyak orang dateng bawa bunga,” kata tukang kopi sepeda yang ikut berhenti di sana.[1]

JAKARTA – Tak hanya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Kelurahan Karet Tengsin yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Ustadz Jeffry Al Buchori (Uje) yang diziarahi warga dan jemaahnya. Lokasi kecelakaan Uje di Jalan Gedung Hijau Raya, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kompleks Alam Asri, Blok PB 38, di depan rumah Nomor 17, pun ramai dikunjungi warga.
Berdasarkan pantauan Okezone, banyak orang yang menabur bunga di pohon palem, di mana Uje mengalami kecelakaan. Mereka pun, memanjatkan doa untuk sang da’i gaul tersebut.
Di pohon palem tersebut tertera tulisan “Mohon doanya untuk Ustadz Jeffry Al Buchori. Mari kita membaca surat Al Fatihah,” isi tulisan di sebuah bekas kardus.
“Iya, saya ingin mendoakan beliau dan semoga dia mendapatkan tempat yang terbaik di alam sana. Jujur saya enggak nyangka dia pergi secepat itu,” ungkap salah seorang peziarah, Tuti kepada Okezone, Sabtu (27/4/2013).
Tuti juga mengaku, merasa kehilangan sosok ustadz yang sangat peduli dengan anak-anak muda tersebut. Dia sengaja mampir untuk mendoakan almarhum Uje. “Ini kebetulan lewat. Mau pulang ke arah Bintaro. Saya tahu kabar Uje meninggal dari berita di TV,” tandasnya.
Akibat banyaknya warga yang mengerumuni lokasi kecelakaan Uje, lalu lintas dari arah Pondok Indah menuju ke Pondok Pinang menjadi macet. Pasalnya, banyak sepeda motor yang terparkir di bahu jalan dekat lokasi kejadian.[2]

Apa yang dilakukan para pengunjung tidak termasuk syirik

Membaca berita di atas, dipahami bahwa apa-apa yang dilakukan para pengunjung itu terdapat tiga hal. Pertama, menaruh dan menaruh bunga di pangkal pohon. Kedua, mengajak orang-orang untuk membacakan surah al-Fatihah. Ketiga, mendoakan al-marhum Uje di lokasi kecelakaan.

Tentang pertama, menaruh dan menabur bunga di pangkal pohon, itu sebagai tanda atau bukti rasa duka cita saja. Tidak ada kaitannya dengan ajaran Agama. Hal seperti itu juga dilakukan oleh orang-orang di Aceh, menabur bunga di pantai dalam rangka memperingati peristiwa besar yang disebut tsunami.

Kedua, tentang tulisan yang isinya mengajak orang-orang membaca fatihah dan berdoa untuk almarhum, itu wajar-wajar saja. Bahkan, hal itu dianjurkan, agar orang-orang mendo’kan almarhum. Sebab , kenapa ketika ada orang meninggal dunia diumumkan di masjid bahkan di media-media, itu diharapkan agar orang-orang mendoa’kan orang yang meninggal itu. Dalam Islam, mendoakan orang meninggal itu sangat dianjurkan.

Ketiga, berdoa di lokasi kecelekaan tersebut sama sekali tidak bermasalah. Berdoa kan bisa di mana saja. Untuk menghukumi orang-orang yang  berdoa di lokasi kecelakaan itu harus mengetahui niat dan isi doanya. Mereka datang ke lokasi tersebut karena beberapa hal:

  1. Tak sedikit dari pengendara motor menyempatkan berhenti dan melihat lokasi kejadian dari dekat.
  2. Menurut Anshar, warga yang sedang berhenti di lokasi menuturkan, dia sengaja datang kesana untuk lihat dari dekat tempat kecelakaan Da’i kondang tersebut. “Penasaran aja Mas, pengen langsung lihat dari deket. Kemarin udah sempet lewat, tapi nggak berhenti,” kata Anshar.
  3.  “Ini kebetulan lewat. Mau pulang ke arah Bintaro. Saya tahu kabar Uje meninggal dari berita di TV,” tandasnya.

Membaca paparan di atas, mereka yang berada di lokasi kecelakaan tersebut karena kebetulan dan penasaran. Jadi, berdasarkan alasan ini, mereka tidak bisa dikatakan syirik. Karena jelas, mereka tidak ada niat apa-apa, lebih-lebih berharap berkah.

Tentang isi doanya, mereka berdoa yang wajar-wajar saja. Doa mereka tidak mengarah pada hal yang berpotensi syirik. Butiknya salah satu orang yang berdoa, isi do’nya: “Iya, saya ingin mendoakan beliau dan semoga dia mendapatkan tempat yang terbaik di alam sana”.

Sekali lagi, jika tetap menghukumi mereka syirik, harus mengetahui niat dan isi doanya. Jika yang dipermasalahkan tempatnya, wajar saja ketika mereka berada di lokasi tersebut berdoa. Sebab, jika kita berada di suatu tempat yang mana tempat itu merupakan tempat peristiwa meninggalnya orang yang kita kenal, pasti secara emosional kita pasti terharu dan hati kita pun tergerak untuk mendoakan orang yang meninggal di tempat itu.

(img: detik)

Tinggalkan Balasan