Sudah masyhur dibenak kita, kisah seorang pemuda yang menuntut ilmu selama bertahun-tahun, namun belum mendapatkan sedikitpun ilmu dari sang guru. Ia selalu tertinggal jauh dari teman-temannya, bahkan sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah di ajarkan oleh gurunya hingga membuatnya patah semangat dan frustasi.
Akibat rasa frustasi yang dideranya, timbul dalam pikirannya untuk berhenti belajar dan kembali ke kampung halaman, “lebih baik saya membantu pekerjaan orang tua dirumah”, gumamnya. Ia pun berangkat pulang, di tengah perjalanan tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebatnya memaksa dirinya mencari perteduhan. Pada saat itu tak ada perteduhan kecuali goa di bawah kaki gunung. Setelah sekian jam berada dalam goa untuk berteduh, ia mendengar sekelebat suara dentuman yang tak kunjung berhenti, setelah dicari ternyata suara itu adalah tetesan air, dan betapa terkejutnya ia tetesan air tersebut yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu yang keras. Dengan berguman dalam hati, “sungguh sebuah keajaiban”. Bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air yang terus mengenai batu itu hingga akhirnya dapat melubainginya.
Dari peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika diasah terus menerus maka akan manjadi lunak, kemudian dalam hatinya menyimpulkan satu kalimat yang dapat merubah pikirannya seketika itu, “Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan sabar”. Sejak saat itu ia bertekad dalam hati agar terus berusaha tanpa ada satu pun kata menyerah yang tersirat dalam dirinya. keinginan pulang kampung menjadi surut dan ia memutar haluannya untuk kembali lagi ke tempatnya mencari ilmu. Dan akhirnya pemuda tersebut menjadi seorang alim yang memiliki banyak karya, menjadi panutan serta disegani. Dari peristiwa inilah beliau terkenal dengan julukan “Ibnu Hajar”.
Sekelumit kisah Ibu Hajar diatas menginspirasikan kepada kita bahwa dengan ketekunan dan kedisiplinan seseorang bisa menggapai cita-citanya. Betapa pun berbakatnya seseorang, ia tidak akan mencapai potensi maksimalnya jika tidak disiplin, pun demikian juga sebaliknya, sebodoh dan sebebal apapun otaknya, pada saatnya akan menjadi lunak oleh sebab semangat dan terus-menerusnya usaha yang ia lakukan, sebagaimana yang terjadi dalam kisah diatas.
Pepatah mengatakan bahwa ribuan kilometer langkah dimulai dengan satu langkah. Dengan setahap demi setahap, sesen demi sesen, pada saatnya akan menjadi sepundi. Rosulullah bersabda:
اَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلىَ اﷲِأَدْومُهَا وَإِنْ قَلَّ (رواه الشيخان عن عائشة)
“Pekerjaan-pekerjaan (yang baik) yang lebih disukai Allah adalah pekerjaan yang terus-menerus (dawwam) dikerjakan walaupun pekerjaan itu sedikit”. (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah)
Well, Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja, apa yang diraih dan diperoleh sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang dilakukan terus menerus. Kerjakanlah saat ini juga, jika Anda menunda-nunda dan berniat melakukannya nanti, Anda mungkin perlu membenahi disiplin Anda.
Sumber gambar: bagusatu.blogspot.com