Nabi sebagai Pijakan Semangat Juang Generasi Bangsa

0
491

Selama ini ku mencari-cari teman yang sejati,

buat menemani perjuangan suci.

Bersyukur kini padamu Ilahi

teman yang dicari selama ini telah ku temui.

Dengannya disisi perjuangan ini Tenang diharungi

bertambah murni kasih Ilahi.

Kepadamu Allah ku panjatkan do’a

agar berkekallah kasih sayang kita.

Kepada mu teman, kumohon sokongan,

pengorbanan dan pengertian.

telah ku ungkapkan segala-segalanya.

Itulah tandanya kejujuran kita.

Wahai Teman..Bersama-sama kita semaikan persahabatn ini.

Dengan keimanan teruskan perjuangan,

pengorbanan dan kesetiaan.

Kepadamu Alah kumohon restu agar kita kekal bersatu. (Snada)

Kebajikan dan keburukan sama-sama bersanding dalam jiwa setiap manusia. Allah mengilhami jiwa manusia dengan kedurhakaan dan ketakwaan. Begitu firman Allah dalam surat Asy-Syam ayat; 8, yang artinya diri manusia memiliki potensi kebaikan dan keburukan.

Seperti itu jugalah sifat masyarakat dan negara yang terdiri dari banyak individu. Keburukan mendorong pada kesewenang-wenangan, sedangkan kebajikan mengantarkan kepada keharmonisan. Saat terjadi kesewenang-wenangan, kebajikan berseru dan merintih untuk mencegahnya. Dari sanalah lahir perjuangan, baik di tingkat individu maupun di tingkat masyarakat dan negara. Demikian itulah ketetapan Ilahi. ” Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan segala yang ada diantara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya kami hendak membuat suatu permainan, tentulah kami membuatnya dari sisi kami. Jika kami menghendaki berbuat demikian (tentulah kami telah melakukannya). Sebenarnya kami melontarkan yang haq kepada yang bathil, lalu yang haq itu menghancurkannya maka dengan serta merta yang bathil itu lenyap. Dan kecelakaan bagi kamu menyifati (Allah dengan sifat yang tidak layak)” (QS Al-Anbiyaa’ [2]: 16-18)

Nabi Muhammad sang revolusi terbesar yang mengubah dunia juga turut bertoleransi dalam berjihad. Sebuah cerita, dimana Nabi Muhammad SAW sedang duduk-duduk bersama para sahabat, tiba-tiba muncul seorang pemuda dan berkata kepada Nabi ” wahai Nabi, Izinkanlah saya untuk berzina.” Mendengar perkataan yang biadab itu, para sahabat yang duduk bersama Nabi  terpinga-pinga dan merasa marah.              Namun Nabi Muhammad bersikap tenang dan melayani dengan baik. Baginda Nabi menyuruh pemuda itu duduk  kepadanya lalu bertanya “wahai fulan, Maukah engkau berzina dengan ibumu?” Pemuda itu menjawab “Tidak!”. Lantas Nabi bersabda lagi “Kalau begitu, orang lainpun  juga. pertanyaan  kedua “Sukakah kamu berbuat jahat dengan saudara perempuanmu sendiri? atau sukakah kamu sekiranya isteri kamu dinodai orang?” semua pertanyaan  itu dijawab oleh pemuda itu dengan jawaban “Tidak!”.              Rasulullah saw kemudian meletakkan tangannya yang mulia ke atas pemuda itu sambil berdoa “Ya Allah, sucikanlah hati pemuda ini. Ampunkanlah dosanya dan peliharakanlah dia dari melakukan zina.” Sejak kejadian  itu, tidak ada sesuatu yang paling dibenci oleh  pemuda itu selain zina.

Kita tahu, bahwa Islam datang membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkan manusia agar menghiasi diri dengannya, serta memerintahkan manusia agar memperjuangkannya hingga mengalahkan kebathilan. Atau seperti bunyi ayat diatas, melontarkan yang haq terhadap yang bathil  hingga mampu menghancurkannya. Tapi hal itu tidak dapat terlaksana dengan sendirinya, kecuali melalui perjuangan. Bumi adalah gelanggang  perjuangan (jihad) menghadapi musuh. Karena itu, perjuangan berlanjut hingga hari qiamat. Berjuanglah sahabat-sahabatku…..

Barang siapa mati sedang ia belum pernah berjihad,

dan ia tidak bercita-cita untuk berjihad,

maka kematiannya pada salah satu cabang kemunafikan.

( HR. Muslim dalam Ash-Shahih, III/517 )

 (Klassikal)

Tinggalkan Balasan