Ujian Sekolah, Ujian Nasional, Dan Ujian Dalam Kehidupan Nyata

0
346

Setidaknya ada tiga jenis ujian yang selama ini dikenal lebih populer, yaitu ujian sekolah, ujian nasional, dan ujian dalam  kehidupan. Sebenarnya, masih banyak  lagi jenis ujian lainnya, seperti  ujian  menjadi PNS, ujian  kenaikan pangkat, ujian mendapatkan surat ijin mengemudi, dan lain-lain.

Ujian sekolah tidak banyak mendapatkan perhatian, oleh karena dianggap sebagai sesuatu yang rutin dan biasa.  Hal itu tidak sama dengan ujian nasional.  Sekarang ini,  orang   membicarakannya,  karena  pada hari ini misalnya,  sekitar 2, 7 juta siswa SMA dan yang sederajad di seluruh Indonesia mengikuti ujian nasional. Sebenarnya, ujian nasional adalah  merupakan hal  biasa dan   rutin,  namun oleh karena, masih ada pro dan kontra terhadap kebijakan itu, maka  setiap tahun,   ujian tersebut  menjadi  pembicaraan luas.

Selain itu, ujian nasional seolah-olah menjadi sesuatu yang istimewa. Hal  itu dikarenakan, sesuatu  yang semestinya biasa dan rutin itu  selalu dilihat secara berlebih-lebihan, baik oleh pemerintah, pihak sekolah,   dan bahkan juga masyarakat sendiri. Pemerintah lewat menteri pendidikan dan kebudayaan selalu meyakinkan betapa pentingnya kegiatan itu, di antaranya  untuk melihat peta  kualitas  pembelajaran dan pendidikan secara keseluruhan, serta ada keinginan agar hasilnya bisa  dijadikan dasar penerimaan mahasiswa baru bagi PTN.

Perhatian masyarakat  terhadap ujian nasional  sedemikian besar,     oleh karena perhatian pemerintah juga terlalu berlebih-lebihan.  Untuk meningkatkan kualitas pendidikan,  pemerintah seharusnya lebih tepat untuk memperhatikan pada persoalan guru.  Sebab  gurulah penentu kualitas pendidikan.  Perhatian terhadap guru  bisa menyangkut  misalnya terkait  kesejahteraan, peningkatan kualitas keilmuan,  dan profesionalnya.   Hal  tersebut  jauh lebih penting  dibanding sekedar pelaksanaan ujian para siswanya.  Perhatian yang berlebih-lebihan terhadap ujian nasional menjadikan ujian sebagai segala-galanya.

Pemerintah tampak terlalu berlebih-lebihan dalam menyikapi ujian nasional,  misalnya,  dari  sekedar pengamanan soal ujian harus melibatkan polisi, pengawasannya melibatkan dosen perguruan tinggi, dan bahkan siswa yang akan buang air kecil  saja harus  mendapatkan pengawasan.  Kebijakan yang berlebih-lebihan seperti itu,  hingga menyedot perhatian masyarakat luas.  Bahkan ada sekolah yang merasa harus mengarantina siswanya,  dan lebih dari itu mengajak  siswanya berziarah kubur, istighasah, doa bersama,  dan lain-lain agar semua siswanya lulus. Hal yang  semestinya  biasa dan rutin, akhirnya  menjadi sesuatu yang luar biasa. Akibatnya, tidak sedikit anak-anak yang menjadi takut karena ujian, padahal maksud diselenggarakan pendidikan itu sendiri, di antaranya adalah,  agar anak-anak hilang rasa takutnya.

Padahal,  umpama ujian nasional itu diserahkan saja kepada masing-masing lembaga pendidikan yang bersangkutan, maka  kegiatan itu akan sekaligus memberi kesempatan kepada sekolah  untuk menjadi pihak yang bisa dipercaya,  ujian akan menjadi sesuatu yang biasa, rutin, dan biayanya pun akan menjadi tidak terlalu  besar. Dengan kepercayaan itu, maka pihak sekolah akan merasa dihargai, diakui, dihormati, dan mereka akan lebih bertanggung jawab.  Manakala kebijakan seperti sekarang ini yang  dijalankan, maka seolah-olah sekolah sudah tidak terlalu dipercaya lagi, kecuali dalam mengajarnya. Padahal dalam pendidikan,  mengajar sebenarnya justru jauh lebih penting dari sekedar  ujian.  Dan ketika  mengajar,  guru ternyata tidak perlu ditunggui polisi atau  dosen dari perguruan tinggi.

Semestinya, menghadapi kehidupan yang semakin modern, dan  perubahan semakin cepat dan bahkan radikal  seperti ini,  kebijakan pendidikan harus menyesuaikannya.  Kebijakan pendidikan tidak boleh   tertinggal dari laju kecepatan perubahan masyarakat. Kehidupan mendatang tidak cukup hanya berbekalkan pengetahuan yang dipelajari dalam buku teks, tetapi yang lebih penting dari itu adalah kemampuan melihat  dalam pengertian luas dan kemampuan mencipta sesuatu yang baru.  Dua kemampuan, ——membaca dan mencipta,  itulah yang menentukan lulus atau tidaknya  ujian kehidupan yang sebenarnya.

Dua jenis kemampuan mendasar yang justru diperlukan di masa sekarang dan mendatang itu sangat tidak mungkin diketahui lewat ujian  secara nasional. Untuk melihat kemampuan   menghadapi kehidupan yang semakin cepat berubah, dan modern itu  memerlukan  jenis ujian tersendiri.  Kemampuan membaca dan mencipta tidak akan bisa dilihat dari jawaban soal-soal ujian pilihan ganda seperti yang dijalankan sekarang ini. Oleh karena itu, manakala bentuk  ujian nasional   seperti yang sekarang dijalankan  ini akan  tetap dipertahankan, maka  generasi mendatang harus siap untuk menjadi bangsa tertinggal secara terus menerus, dan selamanya. Wallahu a’lam.

Oleh: Imam Suprayogo

Tinggalkan Balasan