KAYA ITU MENTAL
Kaya bukanlah seberapa banyak uang dan harta.
Kaya adalah “mental” dari orangnya.
Kita tentu ingat bagaimana Allah memerintah kan Nabi untuk hijrah.
Saat itu umat islam benar benar di coba, jangankan harta, pekerjaan, dan rumah.
Bahkan keluarga pun rela mereka tinggalkan demi menjaga iman dan islamnya.
Mereka tidak takut miskin??
Tidak takut kelaparan apa?
Ya.. Mereka takut.
Tapi mereka memilih untuk berani dan percaya kepada Rabbnya.
Dari ujian itulah iman mereka di coba.
Dan mental mereka di bentuk untuk menjadi umat terbaik yang tahan banting, dan tangguh.
Di kota Madinah mereka memulai semuanya baru.
Mulai dari nol.
Lebih dari yang bisa di bayangkan.
Mereka “berbagi”, mereka “bersatu”,
mereka “peduli” dan mereka di “persaudarakan”.
Kaum kafir melakukan embargo besar besar an.
Jalur dagang di tutup.
Umat muslim tau betul rasanya lapar, kekeringan, dan miskin itu seperti apa.
Apakah mereka menyerah?
Mental dari iman pun berbicara.
Nabi dan sahabatnya membuat pasar mereka sendiri.
Embargo menjadikan mereka lebih kreatif dan mandiri.
Nabi memberi arahan kepada masyarkat, mental mereka bukan mental pengemis. Mereka kreatif, mental bisnis mereka di terangi cahaya iman yang benderang.
Dan akhirnya madinah menjadi kota yang jauh lebih maju.
Di banding Makkah.
Hingga embargo pun berhenti.
Umat terdahulu telah membuktikan.
Bahwa kaya bukanlah banyaknya harta.
Mulai dari nol sekalipun.
Mereka tetap bisa survive.
Itulah umat terdahulu, islam yang keren yang diyakini dengan amalan.
Dan tangguh..
Anak muda harus coba.
Tahu rasanya berjuang.
Mental bisnis harus di tumbuhkan.
Mindset karyawan harus ditinggalkan.
Tak usah alasan modal.
Ini bukan sok sok an menumpuk kekayaan.
Tapi di jaman sekarang sudah terasa kan bagaimana pentingnya ekonomi, perniagaan dan kemandirian?
Sumber : Muslim Stay Handsome