Al-‘Usru dan al-Yusru

0
2355

Kehidupan dunia ibarat perputaran roda, selalu berputar mengelilingi porosnya dan senantiasa berubah. Suka duka selalu meyelimuti kehidupan, setelah seseorang mendapatkan penderitaan dan kesulitan (اَلْعُسْر), di kemudian hari datang kebahagiaan dan kemudahan (اَلْيُسْر). Tatkala disisinya ada kemenangan, terdapat juga kekalahan yang akan diterimanya kelak. Saat ini ia gembira, keesokan harinya bisa jadi kesedihan menimpanya, terkadang nasib buruk sedang merasuki kehidupannya, namun suatu saat nasib mujur akan menghampiri hari-harinya.

Tentu bukan tanpa sebab, perubahan inilah akan tampak dihadapan Allah swt. siapa diantara hambanya yang sungguh-sungguh beriman dan bertawakkal dan siapa juga diantara mereka yang ingkar dan munafik kepada Allah swt. Berbagai macam cobaan dan ujian diberikan, kemudian keadaan kesenangan secara silih berganti menghinggapi kehidupannya, kesemuanya itu untuk melihat kualitas dan tingkat keberagamaan yang dimiliki hambanya.

Allah swt. berfirman:

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (140

“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran (3): 140).

Ayat ini secara khusus turun untuk menghibur kaum muslimin tatkala menelan kekalahan dalam perang Uhud, dimana diantara mereka banyak yang terbunuh dan bagi yang masih selamat mengalami banyak luka dalam tubuhnya, termasuk Rosulullah sendiri. Kekalahan ini diperoleh setelah memperoleh kemenangan besar dalam pertempuran perang Badar. Dari sini Allah swt. kemudian memberikan cobaan dengan menimpakan kekalahan dalam pertempuran selanjutnya, yaitu perang badar. Allah swt. mempergilirkan kemenangan dan kekalahan yang diraih umat muslim, sebagai bentuk uji kualifikasi tingkat kualitas mereka dalam mengimani Allah dan Rosulnya, sehingga dapat diketahui kesungguhan dan keyakinan kaum muslimin dalam memeluk agama islam, baik suka maupun lara, mereka selalu taat dan tetap dalam agamanya.

Dalam ayat lain Allah swt. juga menjelaskan:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut (29): 2)

Dari dua ayat dipandang secara umum (al-`ibrotu fi `umumil lafdzi la bi khususis sabab) terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

  1. Adanya perputaran kebahagiaan dan kesengsaraan, suka-duka merupakan sunnah Ilahi yang pasti menimpa setiap manusia
  2. Perputaran tersebut merupakan cobaan untuk melihat kualitas keimanan setiap hamba dan sebagai uji kualifikasi untuk menjadi manusia pilihan (kekasih) Allah swt. Sehingga memperoleh kebahagiaan yang hakiki kelak di akhirat
  3. Kemenangan atau kesuksesan yang diperoleh orang-orang kafir bukannya pertanda kecintaan Allah swt. kepada mereka, namun hanya sebagai kelaziman ujian dari Allah dengan kenikmatan sesaat dan kelak akan mendapatkan balasannya.

Terakhir, sangat menarik sekali apa yang diungkapkan Emha Ainun Nadjib, bahwasannya hidup jangan dibikin susah, semua itu nikmat, semua itu rahmat. Beliau mendasarkan pada firman Allah: Inna ma’al ‘usri yusra, fainna ma’al ‘usri yusra. Allah menggunakan kalimat ma`a yang maknanya bersamaan, bukan sesudah. Terjemahannya “bersamaan dengan kesulitan ada kemudahan”, artinya sudah ada kemudahannya, maka Allah kasih kita akal supaya mencari kemudahannya yang sebenarnya sudah ada. (Emha Ainun Nadjib, Hidup Itu Harus Pintar Ngegas Dan Ngerem, hal. 92)

Sumber gambar: islamkafah.com

Tinggalkan Balasan