Beberapa Strategi Membangun Media Dakwah Online

0
651

Perkembangan media on line sungguh luar biasa. Pengguna internet di dunia  berjumlah  2,5 milyar, untuk indonesia    107  juta tahun 2014. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2015 nanti, pengguna internet di Indonesia meningkat menjadi 139 juta.

Perkembangan pengguna internet yang kian membengkak itu seiring pertumbuhan pesat pengguna handphone dan tablet . Lonjakan pengguna internet mobil 30 persen pada tahun 2014. Dan trendnya terus meningkat.

Saat ini, 40 persen penduduk bumi terhubung internet. Dengan harga perangkat mobile yang kian murah, bisa diperkirakan bahwa dalam hitungan tahun ke depan, seluruh penduduk bumi akan connected (terhubungkan).

Pengguna yang luar biasa besar ini, dengan tingkat pertumbuhan yang pesat, menjadikan internet sebagai penghubung yang efektif dan murah. Namun, dari besarnya jumlah pengguna internet, tidak banyak yang memanfaatkan betul untuk kepentingan dirinya. Disinilah arti strategis media dakwah mengisi dunia internet dengan informasi yang bermanfaat.

Keunggulan Berdakwah Lewat Media On line

Media on line hanyalah sarana untuk mencapai sesuatu. Dalam perspektif dakwah Islam Aswaja, media on line dijadikan sarana untuk menyebarkan ajaran Islam Aswaja dan meningkatkan keilmuan pengguna internet atas nilai-nilai Islam. Sama seperti berdakwah secara off line.

Yang perlu dipahami benar oleh para pendakwah adalah ada banyak keunggulan  keunggulan berdakwah secara on line yaitu:

  1. Menjangkau segmen yang luas (baca : global) dan tidak mengenal waktu
  2. Menjangkau segmen yang dituju sesuai yang ditargetkan, apakah anak-anak, remaja, wanita, orang tua, keluarga, dan sebagainya
  3. Berlangsung terus-menerus selama materi dakwah masih tersimpan di server. Pendakwah hanya perlu satu kali menulis atau memposting materi dakwah
  4. Bisa bersifat interaktif dan individual dimana sasaran dakwah bisa bertanya dan menelusuri materi dakwah lebih dalam sesuai yang diinginkan serta mengulang materi dakwah seperti membawa ulang, mendengar ulang rekaman ceramah atau melihat ulang tayangan video.

Tahapan Membangun Media Dakwah On line

Internet adalah samudera informasi. Dan kita menginginkan informasi yang kita tulis akan tersampaikan ke sasaran dakwah yang kita tuju.

Orang mencari informasi di internet melalui mesin pencari. Ada 90 % pengguna internet memakai mesin pencari, seperti google.com , yahoo.com, dan sebagainya.

Mesin pencari google.com (dan variannya menurut negara, seperti google.co.id ) lah yang banyak digunakan. Karenanya informasi yang ingin kita sampaikan ke sasaran dakwah harus friendly dengan metode kerja mesin pencari google. Digunakan google sebagai patokan karena saat ini google-lah yang merajai dunia internet.

1.Riset Konten / Materi Dakwah

Konten (atau materi ) dalam hal ini materi dakwah yang disukai oleh mesin pencari adalah materi yang spesifik. Misalkan, khusus mengenai tauhid, khusus mengenai wanita, khusus mengenai zakat, dan sebagainya.

Riset ini konten bisa berdasarkan :

1. Isu hangat yang masih diperdebatkan mengenai prinsip-prinsip Islam. Jadi materi dakwah berpijak dari “ berbagai pandangan mengenai Islam” (sebagai primer) sebagai titik masuk konten,  lalu masuk ke materi aswaja (sebagai sekunder)

2. Uraian mengenai Islam Aswaja, baik tauhid, fiqh, muamalah, dan sebagainya (sebagai primer), lalu (bisa diberi tambahan) penjelasan mengenai perbedaan dengan pandangan islam yang lain (sebagai sekunder)

2. Riset Sasaran Dakwah

Setelah kita memilih konten, tahap selanjutnya adalah menentukan sasaran dakwah. Pada segmen apa, konten / materi dakwah yang kita buat diperuntukkan.

Sasaran dakwah bisa dikelompokkan dalam kategori :

1.Usia

2.Jenis kelamin

3.Suku dan bangsa

4. Bahasa

5. Pengguna perangkat : komputer desktop, laptop, tablet, smartphone

Perangkat yang tersedia untuk riset di atas sudah disediakan oleh google. Atau perusahaan on line yang mengkhususkan diri dalam pelacakan kata-kata kunci untuk subyek tertentu.

3. Membuat Media Dakwah On line

Setelah melakukan 2 tahapan di atas yaitu riset konten dan riset sasaran dakwah, tahap selanjutnya adalah mengelola konten dalam hal ini adalah membuat media dakwah on line.

Ada 3 bentuk dakwah on line yang penulis nilai efektif yaitu pembuatan website, melalui jejaring sosial seperti facebook dan media pengunggah video seperti youtube.

3.1. Pembuatan website

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan website.

1. Buatlah nama website yang spesifik yang mencerminkan isi konten. (karena google menyukai nama website yang spesifik)

2. Tentukan jenis font dan tata letak website yang friendly

3. Jenis website yang disukai pembaca adalah yang isinya mudah dicerna karenanya ilustrasi melalui gambar sangatlah penting

4. Pengguna website menyukai website yang interaktif dimana mereka mudah untuk bertanya dan mendapatkan informasi lebih dalam. Website yang menyediakan menu chat ataupuh grup diskusi sangat disarankan.

5. Pengguna website juga menyukai website yang bukan hanya mereka bisa membaca tetapi juga mendengar dan menonton. Website yang menyediakan streaming radio, rekaman mp3, dan rekaman video sangat disarankan

3.2. Membangun Jejaring Sosial

Perkembangan jejaring social sangatlah pesat. Jejaring sosial memberikan sentuhan yang berbeda dengan website. Selain itu, jejaring social seperti facebook ternyata sangat friendly dengan mesin pencari google.

Media dakwah melalui jejaring sosial , seperti facebook,penulis nilai sangat efektif karena metode penyebarannya lebih cepat. Apalagi pengguna facebook sudah mencapai 1,3 milyar orang.

Saat ini beragam aliran Islam menggunakan facebook untuk menyebarkan ajarannya. Tidak jarang, berita yang diunggah di status facebook bersifat provokatif dan memanipulasi berita.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangan jika menggunakan media sosial.

1. Buat nama yang sesuai dengan konten isi dakwah misalkan “Mengenal Islam Aswaja “

2. Isi konten atau status dengan isi yang berbobot dengan bahaya yang bersifat persuasif, karena akan mengundang diskusi atau respon pembaca

3. Isi status dengan bahasa yang menyejukkan, tidak provokatif dan isi yang akurat atau tidak manipulatif

4. Status yang aktual, misalkan menyangkut berita terkini, cenderung mendapatkan respon hangat dari pembaca

5. Tanggapi setiap respon pembaca / teman/ anggota grup dengan bahasa yang positif dan menyejukkan

6. Rutin mengupdate status sehingga tetap menggaet pembaca yang fanatik

3.3. Media dakwah On line melalui media penggunggah video

Youtube adalah media penggunggah video yang amat populer. Pencarian video di Youtube-pun mendapatkan tempat yang utama dari mesin pencari google.

Unggalahlah video di Youtube yang berisi video-video dakwah.

Ada beberapa saran untuk ini :

  1. Berilah nama / judul video yang sesuai dengan isi konten
  2. Nama video diusahakan mengundang pemirsa untuk terus aktif melihat atau mengunduh video
  3. Tanggapi dengan bahaya yang positif setiap komentar dari video yang kita unggah.

4. Evaluasi Hasil Dakwah           

Seberapa besar keberhasilan dakwah dengan cara diatas sesuai dengan segmen dakwah yang menjadi sasaran dapat dilihat dari jumlah kunjungan, lama kunjungan, kuantitas dan kualitas respon yang ada.

Jika kunjungan tidak sesuai yang kita harapkan maka perlu dilakukan evaluasi mengenai bentuk media dakwah on line kita dan isi kontennya. Misalkan, lay out website yang tidak friendly, kurangnya ilustrasi gambar, dan sebagainya.

Jika kunjungan sesuai dengan yang kita harapkan, maka ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.

1. Follow up/tindak lanjuti

Bentuk yang bisa dilakukan misalkan melakukan pelatihan off line atau on line  seperti  pengajian intensif.

2. Buat kompilasi berupa ebook , ceramah audio atau video dari pertanyaan yang banyak diutarakan oleh pembaca.

Catatan Penutup

Evalusi hasil dakwah online harus dilakukan secara rutin. Hal ini dikarenakan perkembangan metode kerja mesin pencari yang terus dinamis dan pergeseran bentuk pengguna perangkat online.

Dimana ke depan, perangkat mobile, seperti tablet-lah yang akan mendominasi pengguna internet. Karenanya bentuk media dakwah harus disesuaikan dengan jenis perangkat yang dipergunakan oleh sasaran dakwah.

Oleh: Taufiq

Tinggalkan Balasan